ErtigaNews -Tanggal 17 April 1975 menjadi hari yang bersejarah bagi masyarakat Kamboja. Mereka merayakan lahirnya seorang pemimpin baru yang akan membawa perubahan besar bagi Kamboja. Seorang pemimpin bernama Saloth Sar, atau yang lebih dikenal dengan nama Pol Pot, memproklamasikan kepemimpinan baru menggantikan pemerintahan sebelumnya yang dianggap sangat korup dan lemah dalam mengambil kebijakan.
Pemerintahan yang dipimpin oleh Lon Nol dianggap oleh Pol Pot tidak memiliki kekuatan, dan ia ingin membuktikan cara terbaik yang harus diterapkan bagi rakyat Kamboja. Pol Pot menyebut kepemimpinannya sebagai Hari Pembebasan yang akan membuat Kamboja lebih berkembang, maju, dan bebas.
Namun rakyat Kamboja salah mengira “Hari Pembebasan” yang ingin diterapkan oleh Pol Pot tidak seindah yang mereka bayangkan. Sejak jatuhnya rezim pemerintahan Lon Nol, kegelapan mulai bergerak menerkam negeri itu. Pol Pot ternyata lebih buruk, dan lebih kejam dibandingkan pemimpin sebelumnya. Terlambat bagi rakyat Kamboja untuk menyesali keputusan mereka menjadikan Pol Pot sebagai pemimpin mereka.
Sejak awal pemerintahannya, Pol Pot telah menunjukkan keperkasaannya dengan melakukan berbagai praktik kekejaman. Segala keputusannya telah jauh dari nilai-nilai kemanusiaan. Kebijakan pemerintahan Pol Pot yang paling utama adalah membuat Kamboja baru. Sehingga ia melakukan serangkaian pembantaian, yang telah menghilangkan nyawa jutaan rakyat di seluruh wilayah Kamboja, demi rakyat baru yang lebih berkualitas.
Pemerintahan Pol Pot yang terkenal dengan nama rezim Khmer Merah telah membuat Kamboja berlumuran darah. Perang sipil terjadi sejak Pol Pot berkuasa dari tahun 1975 sampai 1979. Pemimpin komunis itu melakukan pembantaian terhadap orang-orang yang dianggap pro terhadap pemerintahan Lon Nol.
Kurang lebih ada sekitar 343 kamp penyiksaan di seluruh wilayah Kamboja yang dipilih untuk tempat melakukan pembantaian. Salah satunya yang paling terkenal adalah Kamp Choeung Ek. Lokasi itu dijadikan tempat penyiksaan untuk orang-orang yang memiliki pengetahuan yang luas, kemampuan komunikasi yang hebat, dan berpendidikan tinggi. Mereka dianggap sebagai orang yang akan menghambat pemerintahan Khmer Merah.
Pol Pot menuduh para intelektual itu sebagai bagian dari pemerintahan Lon Nol yang masih berkeliaran dan akan sangat mengganggu. Kekejaman Pol Pot terhadap para kaum terpelajar itu terlihat dari cara ia membunuh mereka. Di lokasi pembantaian konon dipasang sebuah pengeras suara yang akan dihidupkan ketika mulai melakukan penyiksaan agar suara rintihan para korban tidak terdengar.
Pemerintahan Pol Pot berhasil diakhiri pada 7 Januari 1979 setelah serangkaian pemberontakan tidak lagi dapat dibendung oleh pasukan Khmer Merah. Rakyat Kamboja bersatu menentang kekejaman yang telah dilakukan Khmer Merah selama bertahun-tahun. Rakyat Kamboja di seluruh penjuru negeri merayakan kebebasannya dengan suka cita.
Sumber: Elga, A. Yusrianto. 2014. Kisah-Kisah Pembantaian Kejam dalam Peperangan Dunia. Yogyakarta: Palapa.
You are here
Menguak Sejarah Kelam Rakyat Kamboja
- Thursday, 26 April 2018
- Posted by udin
- 0 Comments
udin
We are.., This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
No comments: