Teka-teki nasib di kursi pelatih akhirnya terjawab. Pelatih asal Spanyol itu tetap dipertahankan meski sudah dua kali gagal mencapai target di dua ajang penting yang dilakoni Garuda. Ya, banyak terobosan yang telah dilakukan Milla selama kurang dari dua tahun masa kepelatihannya meski gagal mengantar Timnas Indonesia U-23 ke final SEA Games 2017 dan tak sanggup membawa Hansamu Yama dan kawan-kawan lolos semifinal Asian Games 2018.
Terlepas dari kegagalan di dua ajang tersebut, kepemimpinan Milla di Tim Merah Putih layak diacungi jempol. Sebab, mantan pemain Barcelona dan Real Madrid itu mampu mengubah gaya bermain anak-anak Indonesia.Pelatih senior Benny Dolo yang kesehatannya tengah menurun, justru memuji kontribusi Milla. Anak-anak Indonesia dinilai sudah mulai terbiasa dengan filosofi sepak bola modern yang mengandalkan permainan dinamis.
Evan Dimas Darmono dan kawan-kawan dianggap berani mengambil inisiatif menyerang sejak awal laga. Kombinasi umpan-umpan pendek dan cepat ala tiki-taka Spanyol pun mulai diserap skuat Timnas Indonesia."Dibutuhkan pemahaman strategi dan keputusan cepat dari setiap pemain untuk memainkan sepak bola modern. Kapan harus mengumpan, menusuk ke daerah pertahanan lawan, dan yang terpenting kreatif membongkar pertahanan lawan," kata Benny Dolo dalam perbincangan dengan CNNIndonesia.com belum lama ini.Terlepas dari gaji fantastis -jika dibandingkan gaji pelatih asing lain di Indonesia- ada sejumlah faktor yang memaksa PSSI harus mempertahankan Luis Milla.
tamanya, mantan pelatih timnas Spanyol U-21 tersebut sudah meletakkan fondasi kuat di skuat Garuda selama hampir dua tahun terakhir. Selain itu, Milla juga sudah mengenal baik sebagian besar pemain Indonesia.Tak hanya mengenal baik para penggawa Timnas Indonesia U-23, pria berusia 52 tahun itu juga rajin memantau perkembangan pemain senior di kompetisi Liga 1. Itu mengapa ia tak ragu memanggil Stefano Lilipaly di menit-menit akhir jelang pendaftaran skuat Asian Games 2018.
Selama kepemimpinannya, Milla juga berani bereksperimen. Salah satunya adalah gemar menggonta-ganti komposisi pemain baik di laga uji coba maupun saat tampil di ajang sesungguhnya. Kebijakan rotasi pemain membuat tim lawan sulit menebak strategi dan skuat utama yang dimiliki Indonesia.
Selain itu, Milla juga jeli melihat potensi pemain sesuai dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Tak jarang pemain harus beradaptasi dengan posisi berbeda di Timnas Indonesia.Ricky Fajrin misalnya. Bek kiri Bali United ini mulai terbiasa tampil sebagai bek tengah bersama dengan Hansamu Yama Pranata. Evan Dimas yang lebih dikenal sebagai gelandang serang diplot sebagai pemain jangkar dan berfungsi sebagai deep lying playmaker.
Milla juga berani membangkucadangkan Evan bila berhadapan dengan tim yang lebih agresif di lini tengah. Muhammad Hargianto bisa jadi pilihan mendampingi Zulfiandi di lini tengah untuk meredam agresivitas lawan.Strategi false nine yang populer di Spanyol juga menjadi salah satu opsi Milla di lapangan. Alberto Goncalves pernah dicadangkan untuk memuluskan taktik 'penyerang palsu' sesuai dengan keinginannya.
.
No comments: