Apa sih persamaan gender,ketidaksetaraan gender atau orientasi seksual.
Seringkali kita mendengar atau membaca kata-kata ini di kehidupan sehari-hari. Banyak orang Indonesia yang menggunakan kata-kata ini untuk merujuk pada pembahasan tentang laki-laki dan perempuan. Tetapi, meski kata 'gender' dan 'seks' sering diucapkan, nyatanya masih banyak orang Indonesia yang belum tahu perbedaan kata-kata di atas.
Kedua kata ini memang cukup rancu digunakan, dan seringkali salah diartikan dan diucapkan. Padahal keduanya punya arti yang berbeda meski mengacu pada pembahasan yang sama menyoal laki-laki dan perempuan.
Menurut catatan dari apa.org, 'seks' adalah kata yang digunakan untuk merujuk pada status biologis manusia. Status ini akan membagi manusia menjadi laki-laki, perempuan atau interseks. Penggunaan kata 'seks' ini disertai indikator biologis, misalnya kromosom, alat reproduksi dan alat kelamin. Jadi, secara sederhana, menggunakan kata 'seks' lebih tepat jika kita membahas hal-hal yang menyangkut biologis seseorang, yang terkait tubuh dan apa yang tampak secara harafiah.
Laki-laki memiliki penis, perempuan memiliki vagina. Perempuan melahirkan, sedangkan laki-laki tidak. Sekalipun ada kasus-kasus di luar yang terjadi sewajarnya, tetapi pada dasarnya secara biologis laki-laki dan perempuan dibedakan berdasarkan fungsi reproduksinya. Segala perbedaan seksual antara laki-laki dan perempuan ini bersifat kodrati dan tidak dapat dipertukarkan.
Jika 'seks' mengacu pada profil biologis laki-laki, perempuan dan interseks, 'gender' adalah istilah yang lebih tepat untuk merujuk pada sikap, perasaan dan perilaku yang diasosiasikan dengan jenis kelamin seseorang.
Masyarakat, secara sadar atau tidak, melekatkan stereotip bahwa laki-laki adalah sosok yang maskulin, sedangkan perempuan adalah sosok yang feminin. Di sinilah gender dikonstruksi secara sosial oleh budaya dan pemikiran manusia. Perempuan identik dengan sosok yang lemah lembut, halus sikap dan perilakunya, menyukai warna pink, menggunakan rok dan sepatu berhak tinggi, memakai makeup. Sedangkan laki-laki adalah sosok yang kuat, tegar, garang, macho, gak boleh memakai makeup dan rok. Jika kedua 'identitas' ini tertukar, maka seorang laki-laki atau perempuan akan dianggap sebagai anomali dalam masyarakat.
Karena gender merupakan konstruksi masyarakat, bisa saja suatu hari nanti stereotip tentang gender ini akan berubah. Yang selama ini akrab dengan masyarakat adalah "Ayah bekerja, ibu di rumah mengurus rumah tangga". Namun, yang terjadi sekarang pun mulai bergeser, "Ayah bekerja (di rumah), ibu (mengurus rumah tangga) sambil bekerja di kantor". Fenomena seperti ini dapat bergeser seiring dengan perkembangan pola pikir masyarakat.
Jika membahas tentang seks dan gender, kita tentu pernah mendengar istilah 'identitas gender' yang tak jauh-jauh dari pembahasan ini. Identitas gender adalah bagaimana seorang individu meyakini jati dirinya sebagi seorang laki-laki atau perempuan. Saat keyakinan jati diri seseorang tidak selaras, antara identitas biologis dengan identitas gendernya sebagai laki-laki atau perempuan, maka mereka disebut 'transgender'.
Orientasi seksual adalah daya tarik emosional dan seksual yang bersifat romantik pada individu kepada orang lain. Daya tarik ini umumnya dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu: homoseksual (tertarik terhadap sesama jenis kelamin), heteroseksual (tertarik terhadap anggota jenis kelamin lainnya) dan biseksual (tertarik terhadap anggota dari dua jenis kelamin -- laki-laki dan perempuan).
Perlu dipahami bahwa orientasi seksual ini berbeda dari seks dan gender, termasuk seks secara biologis, identitas gender dan peran gender dalam kehidupan sosial. Orientasi seksual menyangkut hubungan seseorang dengan orang lain. Seseorang bisa mengekspresikan orientasi seksualnya melalui perilakunya dengan orang lain, berhubungan dengan pemenuhan hasrat atau afeksi pribadi.
Orientasi seksual seringkali dianggap semata-mata sebagai hubungan yang menyangkut perilaku seksual (misalnya keintiman, ciuman, hubungan seksual). Tapi sesungguhnya orientasi seksual juga mengacu pada bagaimana dua orang manusia melibatkan visi-misi yang sama dalam hubungan percintaannya. Termasuk perasaan dilindungi, saling mendukung dan komitmen yang sama.
Hingga saat ini, penelitian belum bisa memastikan apa yang menentukan orientasi seksual pada masing-masing individu. Pun dengan mengapa seseorang bisa menjadi seorang gay, lesbian, biseks ataupun heteroseksual. Menurut American Psychological Association (APA), para peneliti telah meneliti kemungkinan genetik, hormonal, perkembangan sosial dan budaya terhadap orientasi seksual seorang individu. Namun, tidak ada temuan yang muncul bahwa orientasi seksual ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Para peneliti pun menyimpulkan bahwa pilihan orientasi seksual seseorang lebih kompleks, tak ditentukan oleh satu-dua faktor saja.
Nah, sudah tahu 'kan perbedaan-perbedaan istilah di atas. Semoga kamu tak salah mengartikan dan salah menerapkannya dalam kosa kata sehari-hari ya.
No comments: