Kehadiran sosok aktivis diyakini sebagai suatu bentuk untuk memperjuangkan Hak Asasi Manusia,dalam jerih payah mereka dalam mempertahankan hak yang harusnya dimiliki setiap orang bahkan mereka tak takut untuk mati,sayangnya jerih payah mereka dalam memperjuangkan hak asasi manusia tidak dibarengi dengan hal manis,mereka dibunuh akibat sebuah konspirasi daripada pihak-pihak yang tak bertanggung jawab.
Menjadi seorang aktivis bukanlah perkara gampang. Pertama, mereka berjuang melawan sesuatu yang berkuasa. Bisa lembaga pemerintah atau perusahaan yang memiliki pengaruh sangat besar. Kedua, nyawa adalah taruhannya. Menjadi aktivis kemanusiaan atau pun lingkungan pasti tak luput dari banyak masalah. Seperti bentrok dengan pihak yang “berkepentingan”. Jika aktivis ini sangat berani, pihak-pihak yang merasa sangat dirugikan pasti akan mengambil solusi paling mudah berikut ini adalah sederet aktivis tanah air yang berjuang hingga hayatnya,dan kematiannya masih menjadi misteri tentang siapa yang membunuh mereka :
1.Salim Kancil ( Lumajang, Indonesia 22 April 1969 - Selok Awar-Awar,Indonesia 26 September 2015 )
lingkungannya dengan menolak adanya penambangan pasir.
Sebenarnya ia telah melapor kepada pihak Kepolisian atas adanya ancaman. Namun pihak terkait tak juga memberikan perlindungan kepada korban. Akibatnya, Salim dikeroyok belasan orang dan tak bisa melakukan apa-apa.
Pun kejadian ini dilakukan di siang hari dan dilihat warga yang juga selalu diancam. Komnas HAM sedang melakukan penyelidikan untuk mengetahui siapa dalang di balik aksi keji ini.
2.Munir Said Thalib ( Malang,Indonesia 8 Desember 1965 - Meninggal pada saat penerbangan tujuan Amsterdam,7 September 2004 )
Kematian Munir akibat diracun zat arsenik menjadi isu yang meledak di Indonesia. Bahkan dunia internasional menyorot kematian aktivis HAM ini. Sampai sekarang motif kematian dari Munir tak juga jelas. Seperti sengaja ditutup-tutupi dan tak dibuka secara gamblang.
Namun dari beberapa dugaan yang muncul, Munir dibunuh karena ia memiliki dokumen pembantaian di Talang Sari, Lampung tahun 1989, lalu penculikan aktivis 1998, referendum Timor Timur, hingga kampanye hitam di pemilu 2004.
Istri Munir, Suciwati menyakini jika suaminya adalah orang penting yang bisa membahayakan “orang berkepentingan”. Akhirnya ia dibunuh agar kasus yang Munir ketahui tak dibuka dan menjadi masalah baru. Selain itu ada dugaan juga kematian Munir berhubungan dengan pemberantasan terorisme. Beliau selalu menanyakan perihal HAM para pelaku teror yang tak diperhitungkan BIN dan Detasemen Antiteror.
3.Marsinah ( Nganjuk,Indonesia 10 April 1969 - 8 May 1993 )
Marsinah adalah aktivis buruh yang meninggal dengan sangat mengenaskan sekitar tahun 1993. Ia dibunuh oleh orang yang tak dikenal akibat perjuangannya dalam memperjuangkan nasib buruh. Ia berada di garda depan meski usianya masih sangat muda untuk menuntut perbaikan upah buruh yang sudah ditetapkan oleh Gubernur Jawa Timur saat itu.
Namun sayang, apa yang dilakukan oleh Marsinah tak berbuah manis. Ia dianggap sebagai pembangkang dan wajib dimusnahkan agar kepentingan pihak pabrik berjalan dengan baik.
Kasus Marsinah menjadi simbol perlindungan akan HAM di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan bisa dibilang tak ada sama sekali. Terutama bagi rakyat kecil.
No comments: