Mengenang Kembali Peristiwa Sejarah Hancurnya Gedung WTC Sebelum dan Sesudah Serangan 9/11

Gedung WTC (World Trade Centre) pernah menjadi salah satu gedung pencakar langit yang begitu dibanggakan dinegaranya sendiri Amerika Serikat,kejadian 17 tahunyang lalu meninggalkan bekas luka mendalam bagi keluarga korban maupun warga sekitar yang tidak mau lagi mengingat masa trauma tersebut.

Tahun ini menjadi tepatnya 17 tahun kejadian kelam serangan terorisme yang paling mematikan dalam sejarah kejadian di Amerika Serikat.Gedung World Trade Center (WTC) di New York diserang oleh kaum terorisme,kejadian memilukan ini dijuluki dengan sebutan 9/11.

Diketahui pelaku serangan 9/11 berawal saat 19 pembajak dari kelompok militan Al-Qaeda membajak 4 pesawat jet penumpang pertama Boeing-767.

Pesawat yang membawa bakar bakar 20 ribu galon itu menabrakkan diri kebagian utara gedung WTC yang terletak di jantung kota New York.

Tak lama pesawat jet kedua dengan nomor Boeing-737 dari maskapai sama terbang menukik tajam kebagian arah lain yaitu dari bagian selatan gedung tersebut.

Sebagian sisi gedung tersebut runtuh,dan orang-orang tak berdosa didalamnya turut menjadi korban tewas didalamnya.

Tercatat hampir 3.000 orang tewas, 400 diantaranya adalah petugas kepolisian dan petugas pemadam kebakaran dalam serangan 9/11.

Beberapa penampakkan gedung WTC yang terkenal tersebut sebelum dan sesudah kejadian 9/11

Gedung World Trade Center (WTC) menjadi gedung terkenal
dan kebanggaan negara Amerika dikala itu

Tampak ketika gedung WTC diserang oleh kelompokterorisme aliran AL-Qaeda yang menyerang berbagai sisi gedung secara membabi-buta.

Langkah Presiden Amerika Saat Itu

Pada 20 September 2001, Presiden George W. Bush memulai "War on Terror" (perang melawan teror).

"Warga Amerika tidak hanya akan menyaksikan satu perlawanan, tetapi rangkaian perlawanan yang tidak pernah kita lihat sebelumnya," kata Bush, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia.

Perang pun digencarkan di Afghanistan untuk mencari Osama bin Laden, pimpinan al-Qaida yang disebut menjadi dalang serangan 11 September.

Anggaran raksasa pun dikeluarkan untuk menjalankan "perang" ini.

Pada tahun pertama "War on Terror", Kongres Amerika mengucurkan dana darurat untuk perang sebesar US$ 29,3 miliar atau sekitar Rp 430 triliun.

Langkah ini disusul dengan pengiriman tentara Amerika ke Irak pada 21 Maret 2003. Bush menyebut CIA memprediksi ada senjata pemusnah massal di negara tersebut.

Alhasil, anggaran yang dikucurkan untuk perang di Afghanistan dan Irak terus melonjak. Pada penghujung periode kedua Bush di Gedung Putih, program "War on Terror" telah menghabiskan US$ 1,164 triliun atau sekitar Rp 18 ribu triliun.

Sekitar 10 tahun setelah Peristiwa 11 September, di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama, Osama bin Laden yang diburu, bisa ditemukan Pasukan Khusus Angkatan Laut Amerika dalam sebuah operasi di Pakistan, dan terbunuh pada 2 Mei 2011.

Pada Desember 2014, Obama pun mengumumkan penghentian

operasi militer di Afghanistan.

Namun, munculnya kelompok yang menyebut diri mereka ISIS di Irak dan Suriah, membuat "War on Terror" terus berlanjut.

Obama total mengucurkan US$ 807 miliar atau sekitar Rp 12 ribu triliun pada dua periode kepemimpinannya. Sementara, Trump telah menganggarkan US$ 156 miliar atau sekitar Rp 2.300 triliun untuk "War on Terror".